kawan yang sendirian, lawan yang kesepian

Sunday 23 July 2017

Kita tidak pernah bisa memilih untuk dilahirkan dimana, kapan, dan siapa orang tua kita. Dari sini saja harusnya kita bisa lebih memahami bahwa kita dilahirkan dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Individu yang lahir di Indonesia pada tahun 1970 an tentu proses perkembangan diri, informasi, dll berbeda jauh dengan yang lahir di tahun 2000 an. Orang yang sama-sama lahir di tahun 90 an tapi yang satu lahir di Indonesia dan yang satu lahir di Amerika tentu sudah bisa dipastikan memiliki lingkungan yang berbeda. Dari segi fisik dan budaya saja sudah berbeda.

Namun kesadaran-kesadaran sederhana seperti ini masih sering kali kita abaikan hanya untuk membenarkan diri sendiri. Sering kita paksakan apa yang menurut pengalaman kita benar kepada orang lain yang jelas-jelas memiliki pengalaman, informasi dan situasi yang berbeda. Imbasnya, kita tidak hanya lalai pada kemanusiaan (memanusiakan manusia), tapi juga kita sedang membuat lingkungan yang tidak ramah pada individu lain yang berbeda. Bahkan disadari atau tidak, ada individu-individu yang tersisih, terasingkan, tidak diterima, dan mereka bisa saja saudara kita sendiri.

Manusia adalah makhluk sosial, namun apalah artinya jika kita tidak mampu bijak dalam menyikapi perbedaan. Lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan individu. Artinya, kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya tidak bisa lepas dari peran individu lain atau lingkungannya. Individu bisa saja sukses, bahagia, percaya diri, optimis, atau frustasi, kesepian, depresi, sedih, dll disebabkan oleh lingkungannya.

Individu tentu saja akan merasa nyaman jika berada di lingkungan yang mendukungnya, dan begitupun sebaliknya. Karena seyogyanya, individu butuh teman untuk sekedar berbagi, saling mendukung satu sama lain. Tidak terkecuali mereka yang introvert, pendiam, penyendiri, dll. Lingkungan yang paling mendasar bagi setiap individu adalah keluarga.  Keterbukaan sebuah keluarga adalah pondasi hubungan yang baik bagi setiap anggotanya. Energi positif dari keluarga-keluarga ini kemudian terakumulasi menjadi lingkungan sosial masyarakat yang mampu saling mendukung (individu) satu sama lain. Karena itu tidak heran jika ada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih sejahtera dan tidak rentan terhadap pengaruh global daripada kelompok lainnya dalam masyarakat. Ini tidak bisa lepas dari kondisi di dalam lingkungan kelompok tersebut.

Individu sukses cenderung memiliki lingkungan yang mendukungnya. Jika mereka tidak memilikinya, mereka akan menemukan atau berhubungan dengan individu yang memiliki kebutuhan yang sama, yaitu dukungan. Kemudian bersama-sama membentuk lingkungan yang ideal bagi mereka. Jadi kesuksesan individu seringkali menjadi kesuksesan bersama (ditularkan) dalam sebuah lingkungan.

Sedangkan individu yang rentan terpengaruh, cenderung disebabkan karena lingkungan yang tidak mampu memberikan ruang maupun dukungan agar individu mampu menyelesaikan masalahnya. Justru lingkungan seringkali mengucilkannya, tidak memberikan kesempatan individu untuk bereksperesi, atau malah nggembosi – lingkungan yang skeptis. Jika individu yang terasing tidak mampu mengatasi masalahnya, maka yang terjadi adalah depresi, pesimis, frustasi, dll yang mengakibatkan prilaku-prilaku yang menyimpang seperti; bunuh diri, radikalisme, tindak kejahatan, dll

Kesadaran lingkungan sosial sangat penting bagi individu agar tetap bisa berfikir jernih, menilai secara obyektif, dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Kesadaran tentang lingkungan ini tidak hanya berdampak pada keluarga, masyarakat, tapi juga pada bangsa dan negara. Kesadaran lingkungan berarti mengenal tentang potensi individu pada kelompok. Kemudian, dengan kesadaran tersebut individu mampu berperan secara aktif dan optimal untuk sama-sama menggali dan mengembangkan potensi diri.

Bangsa dan negara yang kehilangan arah cenderung disebabkan karena tidak mengenal secara baik potensi yang dimiliki. Sehingga yang menjadi pijakan adalah standard dari bangsa dan negara lain, dan cenderung mengesampingkan potensi, kearifan lokal, dan budaya yang dimiliki. Imbasnya, identitas bangsa dan negara tidak menguat, namun justru memudar.

Sebagai makhluk sosial individu tidak bisa lepas dari lingkungannya. Namun, meski begitu setiap individu memiliki peran atas dirinya. Memilih masuk ke lingkungan yang seperti apa. Memilih aktif atau pasif. Semua keputusan ada pada setiap individu. Fase hidup manusia (dari anak-anak sampai dewasa) harus tetap dijalani, artinya individu harus akrab dengan perubahan. Kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan sikap kritis adalah bekal yang mendasar untuk terus survive dan berkembang dalam menghadapi berbagai macam kondisi dan situasi lingkungan sosial.

Lingkungan yang baik tidak bisa lepas dari peran individu yang baik pula. Lingkungan yang baik bagi individu belum tentu baik bagi individu lainnya. Karena pada dasarnya individu bergabung atau membentuk kelompok untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu individu perlu membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan, pengalaman, sudut pandang, sampai dengan kecerdasan emosional. Sehingga tidak hanya faktor lingkungan yang mempengaruhi individu, namun faktor dalam diri individu juga berpengaruh terhadap perkembangan individu.

Tentu saja dari dua hal (faktor lingkungan dan faktor dalam diri) yang paling penting adalah mampu menempatkan diri, luwes, dan aksi nyata. Kita bisa memulai dari menghargai diri sendiri, memberi dukungan terhadap keluarga dan teman, memberi manfaat bagi sesama, dan memulainya dari hal-hal yang sederhana sesuai dengan kemampuan.

Tidak bisa dipungkiri kita sedang berada pada lingkungan yang serba tidak nyaman, dalam arus informasi yang begitu cepat, dengan standard-standard yang tidak bisa kita mengerti. Individu dituntut untuk tetap memiliki kekuatan fisik yang kuat sekaligus psikologis yang mantap. Kelemahan saat ini bukan saja yang terlihat (secara fisik), namun juga yang tidak terlihat (lemah secara psikis).

Yang mampu mengetahui kemampuan diri; lemah atau kuat hanyalah individu. Karena itu yang pertama-tama penting untuk menguatkan diri adalah individu. Peran keluarga atau lingkungan adalah memberikan perhatian berupa dukungan, sehingga individu bisa hadir dan terbuka kapan pun jika membutuhkan.

Jika kita bukan saudara dalam satu iman, kita saudara dalam satu kemanusiaan. Hidup tidak lantas hitam dan putih. Kebijaksanaan adalah obat dari segala ketidakteraturan. Menjaga diri tetap waras di dunia yang serba gila ini saja sudah hebat. Yang penting untuk disadari, kita tidak pernah sendirian.

Teman yang sendirian, lawan yang kesepian.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.