kawan yang sendirian, lawan yang kesepian

Monday 5 October 2020

Untuk mengendarai hidup, kita mesti mengerti kapan harus ngerem kapan harus tancap gas. Untuk melakukan perjalanan hidup, kita mesti mengerti kapan harus berhenti, kapan harus mulai lagi. 

Terdengar sepele, namun untuk mampu mengerti road map hidup kita sendiri perlu waktu yang tak sebentar. Road map ibarat takdir peran kita di dunia ini. Dan tujuannya, tentu masing-masing dari kita punya tujuan sendiri-sendiri. Ada yang sebentar atau jangka pendek, ada yang lama atau jangka panjang. Begitulah beraneka ragam kehidupan.

Namun, seringkali kita ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan banyak hal. Untuk mendorong terus produktifitas. Mengumpulkan pencapaian-pencapaian. Hingga lupa untuk sekedar mengambil jeda, diam, merenung, bahkan lupa mengapresiasi kesunyian diri. Karena kenyataannya memang banyak dari kita mengukur seseorang dari apa yang dikerjakannya, hampir tidak ada orang mengapresiasi jeda, atau diamnya seseorang. Bahkan saat-saat kondisi berada dalam ketidakpastian. Akan aneh jika orang mengambil jeda, atau berhenti sejenak. Meskipun sekarang banyak orang mulai banyak yang melakukan kontemplasi, meditasi, atau kegiatan semacamnya. Tapi, prestasi adalah tentang pekerjaan.

Padahal kita akan selalu butuh rem, butuh jeda, butuh diam dalam hidup. Yang membedakan hanyalah kapan kita mesti ngerem, hingga diam. Setiap orang memiliki tikungannya sendiri, memiliki turunannya sendiri, memiliki kemampuan jarak tempuh yang berbeda-beda. Jika kita tak mampu memahaminya, coba kita cari dulu road mapnya, kita lihat dulu medannya, sampai bagaimana bisa selamat sampai tujuan. 

Tujuan tentu saja harus diketahui atau ditentukan. Tujuan tentu tidak sama dengan pekerjaan, perjalanan bukan tujuan. Perjalanan adalah proses, gas dan rem adalah ritme. Tidak tahu tujuan, tak akan pernah menemukan arah perjalanan. Hidup mestinya mantab, jika masih gamang, cobalah untuk mengambil jeda, diam sejenak. 

Kita semua pasti mengalami fase hidup dalam ketidak pastian, ada banyak orang yang tetap melangkah, ada yang berhenti. Kedua-duanya boleh jadi baik, dan perlu diapresiasi. Seperti halnya mengambil keputusan untuk menerabas belantara, memilih diam dalam kehidupan juga butuh keberanian. 

Persoalan hasilnya bagaimana, tentu semoga sesuai dengan harapan dan tujuan. Yang paling penting adalah kita menyadari bahwa hidup ini tak hanya persoalan ngegas, atau terus berlari. Jadi, jangan lupa mengapresiasi jeda. Semoga kita semua selamat dalam perjalanan kehidupan kita masing-masing. Bahagialah! 


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.